header hapsari adiningrum

Seyum Bisa Memprediksi Usia Perkawinan

Tersenyumlah, dan dunia akan tersenyum padamu. Begitu pepatah bilang. Kita sudah sering tahu bahwa senyuman yang tulus dan ceria bisa mendatangkan banyak kebaikan. Bahkan dalam kehidupan sosial Islam, senyum mendapatkan tempat tersendiri sebagai sebuah kebaikan yang terhitung ibadah.

Dalam sebuah studi terbaru tentang senyum, disebutkan bahwa senyuman bisa dijadikan sebuah indikator pada suksesnya kehidupan perkawinan seseorang. Mungkin memang agak aneh dan terlalu mengada-ada, tapi penelitian dengan hasil menarik ini, cukup masuk akal untuk disimak dan dicerna.

Peneliti menyebutkan bahwa jika ingin mengetahui apakah perkawinan kita akan sukses atau tidak adalah dengan melihat ke dalam album foto kita dan mengecek seberapa tulus dan menyenangkannya senyum kita.

Pada sebuah sesi tes peneliti melihat foto-foto dari subjek penelitian, kemudian memberikan nilai skala dari 1 hingga 10. Dari hasil tersebut, 10% dari mereka-mereka yang termasuk dalam kategori bersenyum kuat, tidak pernah mengalami perceraian. Sedangkan 10 % dari orang yang mendapatkan skor sedikit, 1 dari 4 diantara mereka mengaku mengalami perceraian. Penilaian ini didasarkan pada visual senyum orang-orang tersebut yang dilihat dari tarikan 2 otot diatas mulut dan otot-otot lain yang ada disekitar atas tulang pipi yang membuat kerutan di bawah mata.

Sementara pada percobaan kedua, orang-orang yang berusia 65 tahun dijadikan sample penelitian dengan melihat foto masa kanak-kanak mereka, saat berusia 10 tahun. Dari hasil penelitian tersebut, hanya 11% dari objek yang mendapatkan skor tinggi mengaku mengalami perceraian, sedangkan 31% dari mereka yang tergolong pemurung, mengalami hal yang sama.

Mungkin memang agak membingungkan tapi secara keseluruhan hasil dari kedua jenis penelitian tadi mengindikasikan bahwa orang yang cenderung pemurung dan pemarah mempunyai resiko 5 kali lebih besar untuk bercerai dibandingkan dengan mereka yang senang tersenyum.

Walau hasil yang didapatkan ini cukup jelas, namun para peneliti mengaku belum bisa mengambil kesimpulan apa-apa dari penelitian yang mereka lakukan tersebut. Tapi secara tidak langsung mereka berasumsi bahwa kemungkinan besar memang ada hubungannya antara senyum dengan kesuksesan kehidupan perkawinan. Lebih lanjut mereka melihat bahwa orang yang senang tersenyum selalu memandang positif kehidupannya dan kemungkinan orang tersebut akan terlihat begitu menarik di mata orang lain, dimana kemudian keduanya akan menghasilkan kombinasi yang sangat bagus dalam menghadapi kehidupan mereka termasuk kehidupan perkawinan.

Matthew Hartenstein, kepala penelitian ini juga mempunyai pililhan lain dalam menjelaskan kemungkinan adanya hubungan antara senyum dan kehidupan pernikahan. dia menjelaskan bahwa bisa jadi, orang yang murah senyum akan menarik banyak teman, dan jejaring yang luas ini secara tidak langsung akan membuat kehidupannya mudah dijalani dan berimbas pada bahagianya kehidupan perkawinan. Ada kemungkinan juga bahwa orang yang tersenyum ketika difoto, juga memiliki kepribadian yang menyenangkan yang berdampak sama pada kehidupan pribadi dan pernikahan mereka.

Hasil dari studi ini juga kemudian berkembang pada penggambaran pola yang lebih luas untuk melihat bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang bisa ditentukan dari sedikit saja dari tingkah laku kita. Pada dasarnya kita sering menunjukkan siapa diri kita dengan cara-cara yang sebenarnya sederhana.

Dan tersenyum saat difoto juga menunjukkan hubungan dengan beberapa hal salah satunya adalah pikiran yang lebih bahagia.

Lebih lanjut Hertenstein mengatakan bahwa hasil yang didapat dari studi ini berjalan seiringan dengan beberapa laporan dan juga literatur yang beredar selama 5 atau 10 tahun belakangan ini yang menyebutkan bahwa tingkah laku dan pikiran yang positif mampu memberikan efek yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Penemuan ini layak dicatat karena mereka menemukan bahwa foto seseorang yang diambil waktu muda berhubungan dengan kehidupan pernikahan mereka bertahun-tahun kemudian. Hal ini memunculkan sebuah ide bahwa apa yang terjadi dimasa lalu dan bagaimana kita hari ini, serta keadaan mental kita sekarang bisa memprediksi bagaimana kehidupan kita dimasa-masa mendatang.

Hasil studi ini diterbitkan pada 5 april lau di jurnal Motivation and Emotion. Dan artikel ini diterjemahkan dari tulisan Clara Moskovits dari LiveScience Yahoo! news.com

Note from Toekang Roempi : Senyum itu indah, senyum yang tulus mampu memberikan dampak yang positif bagi kita dan orang lain. tapi kehidupan pernikahan,memang punya banyak aspek yang mampu membuatnya berhasil, tapi setidaknya kita tahu, bahwa dibutuhkan 2 orang yang positif untuk menjalankan roda pernikahan mereka sampai akhir hayat.

dari blog temen ; http://ruparuparumpi.wordpress.com/
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

Posting Komentar