Bayi juga bisa jenuh, lo, kalau di rumah terus. Sesekali ia perlu diajak bepergian. "Itu penting untuk pengenalan lingkungan. Dia bisa beradaptasi dengan orang dan alam sekitar. Baik itu lingkungan tetap maupun yang bergerak," ujar dokter spesialis anak RSIA Hermina Podomoro, dr. Erita Ilyas, Sp.A.
Meski begitu, anak usia di bawah 28 hari, tak disarankan untuk diajak bepergian. Alasannya, bayi seusia itu masih riskan beradaptasi dengan lingkungan luar. "Idealnya, sejak ia menginjak usia 6 bulan. Di umur itu, bayi sudah mendapat sejumlah imunisasi untuk daya tahan tubuhnya. Ia juga sudah bisa melihat dan mengenal benda-benda di lingkungannya, di samping sudah bisa didudukkan, berlatih jalan, atau bicara," terang Erita.
Memang, lanjutnya, bayi umur 1-2 bulan juga sudah boleh diajak bepergian. Cuma, kemungkinan ia ketularan penyakit, misalnya, amat besar. "Misalnya, ketemu orang, lalu dipegang-pegang dan pulangnya jadi pilek atau batuk. Kita, kan, tak tahu persis, ia ketularan orang tadi atau ada virus yang menyebar," jelasnya. Jadi, simpul Erita, kalau di rumah ada yang menjaga si kecil, "Lebih baik ditinggal di rumah saja."
Nah, agar bepergian dengan bayi jadi menyenangkan dan aman, tentu perlu perencanaan dan persiapan matang. Apa saja?
TUJUAN & KESEHATAN
Meski cuma belanja ke mal atau ke tempat rekreasi, tentukan jarak dan waktu tempuhnya. Sedapat mungkin, hindari bepergian pada jam sibuk sehingga terhindar dari kemacetan.
Perhitungkan pula berapa lama akan berada di tempat tujuan. Ingat, ada si kecil yang harus diperhatikan jadwal hariannya, seperti jam tidur atau jam makan. Jika kita molor, otomatis jadwal si kecil jadi terganggu. Akibatnya, ia jadi rewel dan acara jalan-jalan pun jadi tak menyenangkan.
Begitu pula jika ingin mengajaknya ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Perhatikan jarak, lama, dan kegiatan apa saja yang bakal dilakukan. Dengan demikian kita bisa menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, terutama bagi si bayi.
Jangan lupa cek kesehatannya. Kalau kondisinya sedang turun, sebaiknya tunda atau urungkan perjalanan. Pemeriksaan yang lebih teliti dengan bantuan ahli (dokter), amat disarankan jika si kecil akan diajak bepergian jauh. Konsultasikan tentang apa saja yang harus Anda perhatikan sebagai bekal selama bepergian.
Jika ada obat yang harus dimakan si bayi, pastikan Anda mempunyai cukup obat untuk selama perjalanan. Sediakan salinan resepnya untuk menjaga kemungkinan jika cadangan obat tersebut hilang atau tumpah. Bila ada obat yang harus disimpan di lemari es, tanyakan pada dokter apakah ada obat pengganti yang tak perlu disimpan di lemari es.
Mintalah obat pertolongan pertama untuk menjaga kemungkinan si bayi sakit. Ada baiknya Anda mempunyai nama dan alamat dokter anak di tempat tujuan, terutama untuk perjalanan panjang.
MAKANAN
Kalau cuma ke mal atau pasar swayalan, tentu tak perlu repot-repot bawa makanan serba lengkap. Apalagi bila di tempat itu kita bisa dengan mudah menemukan makanan yang cocok untuk si bayi. Yang pasti, susu (bila menyusu dari botol) dan makanan ringan perlu disediakan.
Untuk perjalanan jauh, bawalah cadangan makanan lebih banyak daripada yang Anda perhitungkan. Jangan beranggapan, "Ah, di perjalanan juga pasti ada." Selain susu, bawalah makanan padat maupun ringan seperti biskuit. Bisa juga menyiapkan makanan dalam kemasan seperti bubur susu atau bubur tim yang mudah diolah.
Jangan lupa peralatan minum dan makan si bayi. Siapkan minimal dua botol susu, jika bayi tak menyusu ASI. Satu botol untuk diminum dan satunya lagi untuk persediaan. Taruh di tempat penghangat susu. Ada baiknya membawa sejumlah sendok plastik ukuran kecil untuk menyuapi bayi di perjalanan. Jika tak ada sarana untuk mencucinya, Anda dapat langsung membuangnya.
Ingatlah, bawa bayi bepergian setelah ia makan. "Kita harus mengikuti jadwal makan bayi, bukan jadwal makan kita!" tukas Erita. Bila si bayi belum waktunya makan, berilah makanan ringan. Perhatikan pula jadwal makan bayi selama bepergian. "Jika tidak, si bayi bisa kedinginan dan akan cepat jatuh sakit," tukasnya.
PAKAIAN
Berapa banyak pakaian yang harus dibawa, sesuaikan dengan tempat tujuan dan lamanya bepergian. Jika hanya bepergian ke swalayan atau mal, cukup membawa beberapa diapers dan pakaian ganti. "Jangan lupa kenakan topi ke mana pun ia diajak pergi. Soalnya, ubun-ubunnya masih terbuka dan tipis," kata Erita.
Jika bayi akan diajak ke daerah panas, bawa pakaian dari bahan yang menyerap keringat. Sebaliknya, jika ke daerah dingin, jangan lupa membawa baju hangat, selimut, kaos kaki, topi, dan jaket. "Kalau bagian kepala, tangan, dan kaki ditutupi, bayi tak cepat terkena dingin. Juga mencegah pengeluaran panas berlebihan dari tubuhnya, sehingga panasnya tetap di dalam tubuh bayi," terang Erita.
Bawalah diapers dalam jumlah cukup untuk satu kali perjalanan. Ditambah beberapa cadangan untuk kemungkinan perjalanan tertunda atau jika bayi mengalami sakit perut yang sering terjadi dalam perjalanan.
KENDARAAN
Bepergian dengan sepeda motor, menurut Erika, kurang dianjurkan. Sebab, selain berbahaya karena terutama kemungkinan terjadi kecelakaan, bayi akan terkena banyak debu dan bisa menyebabkannya masuk angin.
"Kalau bisa, hindari pula kendaraan umum seperti bis atau kereta api," anjurnya. Sebab, di angkutan umum, bayi akan bertemu banyak orang. Dikhawatirkan ia tertular penyakit karena daya tahan tubuhnya tak seperti orang dewasa. Organ tubuhnya pun masih belum sempurna, belum stabil, dan sedang dalam pembentukan. "Kita, kan, enggak tahu apakah orang-orang itu berpenyakit atau tidak. Bisa saja bayi terkena virus yang cepat tersebar dari bersin orang, misalnya, sehingga si bayi terserang influensa," tuturnya.
Sebaiknya, anjur Erita, pakailah mobil pribadi. Selain lebih aman untuk kesehatan si bayi, di dalamnya memuat si bayi bersama orang-orang yang sudah dikenalnya seperti orangtua atau keluarga dan babysitter-nya. Juga, perjalanan dengan kendaraan pribadi membuat Anda bisa mengatur waktu. "Bila jarak yang ditempuh cukup panjang, usahakan berhenti setiap dua jam sekali. Lalu bawa si bayi keluar mobil sekadar untuk membuatnya bergerak bebas atau beri susu," anjurnya.
Erita juga mengingatkan, "Jangan pernah meninggalkan bayi di dalam mobil yang diparkir. Berbahaya sekali!" Bahkan dengan jendela yang terbuka sekalipun. Karena mobil dapat segera memanas menjadi seperti oven yang dapat mematikan.
Kalau terpaksa naik kereta api, sebaiknya pesan tiket beberapa hari sebelumnya agar dapat memilih gerbong dan tempat duduk yang nyaman bagi si bayi. Jangan lupa pilih gerbong yang bebas rokok. Jika kereta apinya padat penumpang dan perjalanan akan panjang, lebih baik Anda juga membeli tiket tempat duduk untuk si bayi.
Untuk mengatasi rasa bosan si bayi karena perjalanan yang panjang, selain memberinya mainan, Anda dapat mengajaknya melihat ke luar jendela kereta. Tunjukkan dan beri tahu apa saja pemandangan di sana, entah rumah-rumah penduduk, pepohonan, orang-orang, maupun binatang.
Jika oleh suatu sebab Anda hanya pergi berdua saja dengan si bayi, jangan pernah menitipkannya pada orang tak dikenal (sesama penumpang). Jangan pula meninggalkan si bayi sendirian, apalagi bila sudah mendekati stasiun perhentian. Apa alasannya, Anda tentu sudah paham.
Perjalanan dengan pesawat akan lebih cepat sampai ketimbang naik kereta api. Hanya perlu diperhatikan pengaruh tekanan udara yang tinggi terhadap telinga. Untuk mengurangi tekanan udara, beri si bayi empeng dot. Ia juga perlu diberi minum banyak selama perjalanan untuk menghindari kekeringan, mengingat perjalanan udara sifatnya mengeringkan. Jika Anda menyusui, Anda pun harus banyak minum.
Selama di perjalanan, akan lebih baik jika si bayi tetap berada dalam pangkuan atau dekapan Anda. Selain akan memberinya rasa hangat, secara psikologis si bayi akan merasa aman dan terlindungi. Ia merasa tenteram dalam kasih sayang ibu. "Jangan taruh bayi di keranjang atau diberikan pada babysitter. Tapi perlakukan ia senormal dan sealami mungkin bahwa Anda memberikan kasih sayang pada anak," kata Erita.
TEMPAT MENGINAP
Sebaiknya pesan tempat jauh-jauh hari kendati bukan di musim liburan. Jadi Anda bisa punya banyak waktu untuk mencari informasi dan memilih hotel yang baik. Ingat, Anda mengajak si kecil.
Yang terpenting, hotelnya harus bersih. Kalau tidak, dikhawatirkan terjadi penularan penyakit, terutama penyakit kulit. Bisa lewat handuk, selimut, seprei, dan sabun. Biasanya penginapan yang baik akan memperhatikan faktor kebersihan. Bila mungkin, carilah hotel yang mempunyai layanan untuk keperluan keluarga.
Perhatikan keamanan kamar hotel begitu Anda tiba, terutama benda-benda tajam atau gelas yang bisa pecah dan stop kontak listrik. Apalagi jika si bayi sudah merangkak atau mulai berjalan. Selalu gunakan alas setiap kali Anda hendak mengganti popok/diapers maupun kala si bayi tidur atau bermain di lantai kamar hotel.
IKLIM
Biasanya bayi akan gelisah begitu tiba di tempat baru. Ia menjadi rewel atau cengeng. Ini wajar saja, karena ia harus menyesuaikan diri. Apalagi jika ia mengalami perubahan iklim/cuaca dari panas ke dingin atau sebaliknya. "Kira-kira 1-2 hari bayi akan gelisah. Mulanya mungkin ia akan menangis, tapi lama-lama tidak lagi. Setelah itu ia bisa menyesuaikan diri," terang Erita.
Nah, agar si bayi mudah beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, bantulah ia. Misalnya, jangan sampai si bayi kedinginan atau kepanasan. Erita mengingatkan, perubahan iklim bisa menyebabkan bayi alergi seperti bersin-bersin dan pilek, kendati tak secara langsung. Maksudnya, jika daya tahan tubuh bayi menurun karena perubahan iklim tersebut, maka ia akan mudah jatuh sakit. Nah, untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya, si bayi harus diberi makanan bergizi yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin.
Khusus perubahan ke daerah dingin, asupan makanan pada bayi harus benar-benar diperhatikan. Kalau tidak, bayi akan mengalami kedinginan sementara tubuhnya tetap melakukan pembakaran. Akibatnya, si bayi jatuh sakit. Sebaliknya di daerah panas, kebutuhan cairannya lebih banyak. Bayi harus diberi banyak minum.
"Sebenarnya bayi mudah, kok, menyesuaikan diri di tempat baru," ujar Erita. Yang sulit justru menyesuaikan dengan orang baru, terutama pada bayi usia di bawah 3 bulan. Tapi hal ini dapat segera teratasi asal si bayi dibiasakan mengenal orang baru tersebut. Nah, selamat jalan-jalan!
Dedeh Kurniasih-nakita
Posting Komentar
Posting Komentar