Dita
menatap kalender di meja belajar. Tanggal 5 Februari yang bertanda lingkaran
merah, adalah ulang tahunnya. Dita tersenyum lalu membuka buku dan menuliskan
beberapa nama. Killa, Naya, Azzam, Restu dan Najwa. Dita menggigit ujung pensil
dan berusaha mengingat nama-nama teman sekolahnya. Ada juga Pausha, Caca dan
Jilan. Dita tersenyum dan mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika
meminta ijin pada ayah dan ibu untuk merayakan pesta ulang tahun.
Pagi tadi,
Dita sedang duduk santai di ruang keluarga bersama ayah, ibu dan Mas Rizki.
“Ibu,
sebentar lagi Dita ulang tahun lho, boleh nggak dirayakan di rumah kita” tanya
Dita dengan suara manja sambil memeluk lengan ibu.
Ibu
tersenyum lalu menoleh ke arah ayah yang duduk disebelahnya. Dita lalu berdiri
dan duduk di tengah, diantara ayah dan ibu.
“Boleh ya
ayah?” rayu Dita ke ayah.
Ibu
menghela nafas, tersenyum lalu mengelus rambut Dita. Putri kesayangannya ini
seminggu lagi ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-7. Ibu masih ingat tahun
lalu saat ulang tahun Dita, Rizki ingin bergabung. Namun ternyata menimbulkan
kekacauan kecil. Kakak Dita merupakan anak berkebutuhan khusus dengan diagnosa
autis dan hiperaktif. Saat itu Rizki yang juga ingin ikut bersenang-senang
justru menumpahkan gelas-gelas minuman tamu dan merusak roti ulang tahun Dita.
Ibu sebenarnya sudah mengawasi namun karena terlalu sibuk, akhirnya Rizki lepas
dalam pengawasan ibu.
“Bu…tapi
nanti mas Rizki gimana ya?” Dita bertanya lirih sambil menatap kakaknya yang
sedang asik menggambar di lantai ruang tamu. Dita juga ingat kekacauan pesta
ulang tahunnya. Dita sebenarnya juga sayang dengan kakak tapi tiba-tiba merasa
sebal karena kejadian tahun lalu.
“Nanti mas
Rizki dititipkan dulu di rumah tante Tati gimana bu?” usul Dita.
Tante Tati
merupakan sahabat ibu yang rumahnya tak jauh dari rumah Dita dan beberapa kali
ibu meminta bantuan untuk menjaga mas Rizki ketika ada keperluan.
“Baiklah
nak” jawab ibu singkat sambil tersenyum menatap Dita dan Rizki bergantian.
“Hore” teriak Dita girang. Kali ini pasti pesta
ulang tahunnya akan berjalan dengan seru dan menyenangkan.
----------------
Dita sudah
selesai menyiapkan daftar nama teman-teman yang akan dia undang di pesta ulang
tahunnya. Baju kesayangannya yang masih bagus juga sudah dicoba. Masih muat dan
terlihat rapi. Baju itu Cuma Dita pakai saat tertentu saja seperti undangan ke
pernikahan saudara. Sebentar lagi Dita mau menanyakan apakah Kak Pipit,
tetangganya yang biasa mengatur pesta ulang tahun dan berbagai acara lainnya
bisa membantunya. Kak Pipit saat ini sedang kuliahdan bisa mengatur acara pesta
dari undangan, acara sampai snack dan roti ulang tahun. Jadi Dita, ibu dan
bapak tidak perlu repot untuk menyiapkannya. Kata ayah, kak pipit bekerja
sebagai event organizer.
Dita
melihat ayah, ibu dan mas Rizki sedang duduk ruang makan. Mas Rizki sedang
makan bubur sumsum.
“Ma-kan”
kata ibu dengan suara tegas.
“Riz-ki
ma-kan bu-bur” kata ibu dengan tegas dan suara lebih lantang. Begitulah ibu
mengajari mas Rizki berbicara.
Dita
melihat kakaknya, usianya sudah 12 tahun namun kemampuan bicaranya masih
seperti anak berumur 5 tahun. Tidak jelas dan suka mengatakan hal yang sama
berulang-ulang. Rizki tiba-tiba berdiri dan berlari kearah Dita dan menarik
jilbabnya.
“Aduh…”
Dita menjerit kesakitan
Ibu segera
meghampiri kedua anaknya dan menuntun Rizki kembali ke kursi makan. Dita masih
cemberut dan kesal lalu ikut ibu duduk.
“TI-DAK’’
kata ibu lebih tegas.
“Riz-ki
TI-DAK ta-rik ram-but Di-ta” kata ibu. Rizki hanya menatap ibu dan Dita sambil
nyengir. Huh, Dita membuang muka dan mendengus pelan.
“Dita, ibu
sudah telpon Tante Tati nggak bisa menjaga mas Rizki tanggal 5 besok karena
beliau ada acara”kata ibu yang membuat Dita sedikit kecewa.
“Kalau
tante Tati nggak bisa, lalu siapa yang bisa untuk sementara waktu menjaga mas
Rizki nanti bu?” tanya Dita dengan mata berkaca-kaca. Dita hampir menangis
membayangkan pesta ulang tahunnya akan kacau seperti tahun lalu.
Ibu
tersenyum dan mengelus lembut kepala Dita.
“Ayah dan
ibu sudah sudah berdiskusi dan nanti ibu akan membawa mas Rizki jalan-jalan
keluar selama Dita merayakan ulang tahun”kata ibu lemah lembut. “Nggak apa-apa
kan nanti Dita ditemani ayah saja? tanya ibu.
Dita ingin
merayakan pesta ulang tahun tapi Dita juga ingin ditemani ayah dan ibu.
Tiba-tiba mas Rizki berdiri dan menuju rak yang berisi buku-buku dan peralatan
menggambarnya. Mas Rizki mengambil selembar kertas yang ada gambar ayah, ibu,
Rizki dan Dita sedang bergandengan tangan dan banyak tanda love dimana-mana. Di atasnya ada angka 7 tahun yang merupakan usia
Dita sebentar lagi. Mas Rizki walaupun mempunyai kekurangan dalam hal
komunikasi namun pintar menggambar. Beberapa kali memenangkan lombar gambar
antar sekolah luar biasa sekota Semarang.
Tiba-tiba
Rizki memeluk Dita, walaupun pelukannya terasa sedikit kuat dan kaku namun Dita
tahu kalau mas Rizki sayang dengannya.
“Ayah dan
ibu, Dita nggak jadi merayakan pesta ulang tahun. Dita nggak mau saat pesta
tidak ditemani ibu dan mas Rizki”kata Dita sambil tersenyum kemudian berlari
dan memeluk ibu. Dita lalu memeluk kakak satu-satunya itu dan berkata dalam
hati “Maafkan Dita ya mas, saat Dita mau merayakan ulang tahun justru ingin mas
Rizki pergi”.
“Alhamdulillah,
uang ayah utuh”kata ayah sambil tertawa.
“Ehh..tunggu
dulu ayah, walaupun nggak ada pesta ulang tahun tapi tetap Dita mau merayakan
ulang tahun dengan ayah, ibu dan mas Rizki. Dita punya rencana paginya kita ke
pantai, trus beli pizza yang paling besar buat dimakan bersama di rumah, beli
brownies sekat buatan Ibu Dila trus Dita juga ingin minta hadiah kucing ya lalu
Dita mau…” kata Dita dengan posisi berpikir.
“Duh…uang
ayah nggak jadi utuh nih”kata ayah dengan ekspresi pusing memijit kening.
Dita dan
ibu tertawa terbahak-bahak. Ibu tersenyum bahagia dan Dita juga bahagia karena
baginya merayakan ulang tahun bersama keluarga yang dicintai lebih berarti. Ini akan jadi uang tahun paling istimewa, Dita akan menerima dan selalu sayang Mas Rizki.
Posting Komentar
Posting Komentar