Teman-teman, beruntung sekali saya dapat mengikuti talkshow dengan tema " Kusta dan Disabilitas Identik Dengan Kemiskinan, Benarkah?". Talkshow ini diselenggarakan oleh NLR Indonesia bekerjasama dengan KBR yang menghadirkan narasumber. Bapak Sunarman Sukamto, Amd sebagai tenaga Ahli keduputian V, Kantor Staff Presiden (KSP) dan Ibu Dwi Rahayuning sebagai Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementrian PPN/Bappenas.
Di Indonesia, penemuan kasus baru kusta cenderung stagnan dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sekitar angka 16ribu hingga 18 ribu . Angka yang cukup tinggi dan menempatkan Indonesia dengan kusta tertinggi nomor 3 di dunia setelah India dan juga Brazil. Data dari kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan data penderita kista 13.487 kasus, dengan 7460 kasus baru pada tanggal 24 Januari yang lalu. Ada beberapa provinsi yang juga belum tersentuh informasi Kusta. Hal ini yang menyebabkan angka penularan juga tinggi.
Orang yang pernah mengalami kusta (oypmk) juga mengalami rasa tidak percaya diri sehingga kesulitan mendapatkan pekerjaan sehingga meningkatkan angka kemiskinan. Bapak Sunarman yang akrab dipanggil pak Maman memberikan perjelasan bahwa kasus aktif kusta memang masih nomor tiga di dunia dan semua lembaga, pemerintah daerah dan lintas sektor diharapkan juga berperan aktif karena isue kemiskinan juga isue multi dimensi. Kerjasama dan peran aktif juga diharapkan berasal dari orang-orang yang sedang atau pernah mengalami kusta itu sendiri.
Keduputian V dimana pak Maman bekerja untuk HAM dan disabilitas, menyebutkan bahwa paradigma untuk para penderita kusta dan disabilitas merupakan paradigma HAM dan bukan merupakan paradigma belas kasihan. Isue HAM dilekatkan dengan isue disabilitas. Pendekatan HAM juga memerlukan pendekatan multidimensi. Bukan hanya pendekatan dari segi kesehatan namun juga pendekatan ekonomi, lingkungan dan sebagainya.
Bu Dwi menjelaskan untuk disabilitas terbagi menjadi disabilitas fisik, mental dan ganda sehingga pemerintah ketika melakukan data maka pengkategorian ya juga seperti ini. Orang yang mengalami disabilitas karena penyakit kusta maka dikategorikan sebagai disabilitas fisik.
Lebih lanjut bu Dwi menjelaskan penyandang disabilitas di tahun 2021 sedang hingga berat di angkat 6.2 juta sedangkan untuk disabilitas fisik ada di angka 3.3 juta di tahun 2021. Untuk tingkat kemiskinan, penyandang disabilitas ternyata memiliki angka kemiskinan lebih tinggi dibandingkan yang bukan disabilitas.
Talkshow yang dipandu oleh Debora Tanya ini membahas lebih lanjut apakah benar OYPMK ini Identik dengan kemiskinan dan dijelaskan lebih lanjut oleh Bu Dwi bahwa stigma kemiskinan dilekatkan pada disabilitas karena kadang jika para disabilitas ingin mengajukan modal usaha mereka mengalami diskriminasi. Hal ini mempengaruhi tingkat kemiskinan pada disabilitas karena banyak hal yang mempengaruhi.
Sementara itu Pak Maman juga memberikan keterangan fakta bahwa beberapa penderita kusta berada di daerah kantong-kantong kemiskinan, ketika seseorang terkena kusta dan diketahui oleh keluarga, tetangga dan lingkungan kerja maka sikap masyarakat cenderung memisahkan ruang hidup dan kehidupannya. Bahkan dulu ada kampung-kampung Kusta. Hal ini yang akan pemerintah dan masyarakat lakukan yaitu membongkar stigma dan memberikan pengetahuan agar mindernya hilang dan punya ketrampilan hidup dan memperhatikan kesehatannya. Aspek kesehatan, ekonomi dan sosialnya diberdayakan agar mereka mandiri dan inilah juga bagian tugas dari Bappenas.
Pak Maman memberikan informasi bahwa pembangunan kedepan akan memberikan kesempatan agar kaum disabilitas diberi peran dan diperdayakan. Bukan hanya di Jawa namun juga daerah-daerah di luar Jawa. Semangat pendekatan HAM jadi hal yang tidak bisa dipisahkan. Kaum disabilitas dan OYMK bagian dari masyarakat Indonesia.
Sementara itu Bu Dwi menjelaskan program yang sudah dilakukan terkait penanggulangan kemiskinan bagi disabilitas dan penderita kusta
1. program Kementrian sosial : bantuan sembako. Ini ditujukan kepada disabilitas yang masuk dalam data miskin.
2. Program resistensi dan program bantuan alat bantu
3. Program kemandirian usaha, ditujukan untuk mereka yang mendapatkan diskriminasi dari lingkungan.
4. Kementrian dan dinas sosial beberapa daerah menyelenggarakan shelter atau tempat bagi OYMK yaitu berada di Jawa Timur yaitu di Desa Tanjung Kenongo dan Desa Banyumanis di Jawa Tengah dan juga di kota Makasar.
Inilah beberapa program yang diberikan kepada penderita kusta yang masuk dalam kategori miskin. Dan kedepannya ada banyak program dan kebijakan yang semoga terealisasi.
Talkshow yang sungguh berkesan dan menggugah. Saya sendiri sebagai masyarakat ingin juga berperan aktif untuk memberikan kesempatan kepada OYPMK dan kaum disabilitas agar mereka memeroleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Dan sebagai blogger saya ingin membagikan tulisan ini agar bisa dibaca dan menginspirasi teman-teman semua bahwa kita semua memiliki hak yang setara.
Posting Komentar
Posting Komentar